Sahabat yang (Tak) Dirindukan
Sahabat adalah kebutuhan jiwa yang harus dipenuhi. Dialah ladang hati yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan rasa terima kasih(Kahlil Gibran)
Kayak judul film
ya?haha. Biar nge-hits dikit lah :p
Tapi, aku serius.
Taukah kamu bagaimana rasanya menjadi sahabat yang (mungkin) tak dirindukan? Merasa
nyesek, serba salah, ngerasa sebel, semua menjadi satu.
Ketika engkau
memiliki seorang sahabat, apakah yang kau harapkan? Seseorang yang pertama kau
cari ketika ada suatu hal menakjubkan dalam hidupmu, baik itu hal yang baik
ataupun buruk. Tak ada yang kau tutupi dari sahabatmu. Semua hal tentang dirimu
ia mengetahuinya.
Pasti kau akan
melakukan apapun untuk sahabatmu kan? Ia yang dengan tulus selalu ada untukmu,
pasti kau pun juga ingin memberikan kasih sayangmu untuknya bukan? Kalau perlu
akan kau berikan apapun untuk sahabatmu agar ia tak perlu merasakan kesusahan.
Ya, kau pernah
berkata, bahwa sahabat adalah seseorang yang akan menemanimu ketika kau sedih,
yang akan bersamamu di saat yang lain pergi, yang akan tetap peduli padamu di
saat kau ditinggalkan sendiri. Tapi, bagaimana bisa aku menemanimu jika
kehadiranku pun kau tolak? Bagaimana bisa aku menunjukkan kepedulianku jika
semua perhatianku padamu kau anggap sebagai ancaman?
Katamu, sahabat adalah seseorang yang akan rela membagi
bahagianya padamu, yang akan rela kau bagikan kesedihanmu padanya. Tapi
bagaimana bisa aku membuatmu bahagia, jika kau pun tak rela membagi masalahmu
padaku dan kau tak beri aku ruang untuk mencarikan solusi bagimu?
Kalau begitu keadaannya, apakah itu salahku? Tak
bisakah kau hilangkan keegoisanmu agar sahabatmu ini tidak merasa tak
dirindukan? Atau bahkan tak dianggap? :"
Tapi mungkin, itu memang salahku. Mungkin aku
yang memang belum terlalu keras membujukmu agar mau berbagi tentang masalah
yang sedang kau hadapi. Mungkin memang aku yang belum terlalu berusaha untuk
benar-benar peduli kepadamu dalam keadaanmu yang sulit ini. Mungkin aku yang
terlalu egois memaksakan kehendakku padamu padahal itu membuat keadaanmu
semakin memburuk.
Mungkin memang karena aku adalah sahabat yang
benar-benar buruk, yang tak tau bagaimana cara membuat sahabatnya kembali
bahagia…
Jika itu yang sesungguhnya terjadi, maka sungguh,
maafkanlah aku dan berilah aku kesempatan untuk belajar darimu. Kumohon,,
Ajarkanlah aku untuk menjadi sahabat yang tidak
egois, yang tidak merasa sok tau apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya, tapi
sesungguhnya aku tak pernah benar-benar mau tau apa yang kau butuhkan.
Ajarkan aku untuk bisa menjadi seperti bintang,
yang membawa terang saat kau merasa berada dalam kegelapan malam.
Ajarkan aku agar bisa menjadi seperti angin, yang
membawa kesejukan saat kau merasa gerah dengan kehidupan.
Hingga akhirnya, kita bisa menjadi sahabat yang
saling memahami.
Janganlah kau anggap beban itu hanya kau sendiri
yang memikul. Ada seseorang di sini, yang menantikan saat ketika ia bisa
berguna untuk sahabatnya. Memikul beban bersama, untuk hari esok yang begitu
cerah. Ada seseorang di sini, yang senantiasa menerimamu, entah bagaimana
keadaanmu saat ini. Dialah sahabatmu
Aku tak ingin persahabatan kita seperti Venus dan
Jupiter, yang meski indah kilaunya beberapa saat yang lalu menghiasi langit
barat di malam hari, namun mereka hanya mendekat sesaat, untuk kemudian kembali
menjauh.
Aku ingin persahabatan kita seperti New Horizon
dan Pluto, yang meski terlihat hampir mustahil dan banyak yang mencemooh, namun
ia tak juga menyerah untuk menempuh jarak jutaan kilometer demi menuju Pluto
yang telah menantinya dengan penuh cinta :)
Komentar
Posting Komentar