Grupchat sosial media (sosmed): lebih banyak manfaat atau madharat?

Saat ini,banyak grup2 virtual bermunculan di sosmed. Misal seperti Line,Whatssapp, BBM,WeChat,dsb. Saya sendiri menggunakan beberapa diantaranya karena alasan tertentu. Biasanya karena grup tersebut mendiskusikan informasi tentang sesuatu yang kita terlibat di dalamnya seperti masalah akademik,hobi,pekerjaan,dsb.

Melalui grup2 tersebut,seketika kita merasa mempunyai banyak 'teman' walaupun kita sedang sendirian. Tertawa sendiri,terheran-heran sendiri,bahkan mengumpat sendiri ketika sedang autis pegang hp sudah jadi pemandangan umum belakangan ini. Emosi kita kadang larut dalam pembicaraan di grup tanpa menyadari lingkungan sekitar kita yang sebenarnya. Pun jika nyawa kita terancam! Orang sering lebih fokus ke hp nya sambil menyeberang jalan dan tidak mengindahkan keselamatan diri.

Terkadang, saya rasakan pembicaraan di grup,meski awalnya membicarakan hal penting, cenderung akan menjadi 'nggosip'. Begitu pula chat yg terlalu banyak membuat kita muak membacanya. Jika tidak dibaca takutnya ketinggalan info penting yang ada. Serba salah.

Selain itu,kini di grup banyak muncul share tulisan2 tentang berbagai hal yang dengan cepat menyebar. Masalahnya,terkadang tulisan2 tersebut tidak dapat dipercaya kebenarannya.
Pun kadang saya merasa info2 dalam tulisan tersebut tak bermanfaat buat saya. Sehingga akhirnya hanya menjadi sampah di otak.

Jaman dahulu ketika orang akan mengetahui tentang sesuatu hal,ia akan mencari sendiri informasi itu di buku atau bertanya pada orang lain. Setidak2nya setelah ada internet,ia akan googling sendiri. Dengan berusaha mencari sendiri info tersebut,tentu pengetahuan akan lebih melekat dalam memorinya,karena ada usaha yang begitu fokus untuk mencari tahu.

Tapi kini,dengan banyaknya informasi di grup yg 'terpaksa' kita telan mentah2,informasi2 tersebut seperti hanya lewat begitu saja di pikiran kita. Banjir informasi itu akan membuat otak kita 'malas' untuk berpikir lebih. Semua jadi serba instan.

Namun tak bisa dipungkiri,kecanggihan teknologi dalam menyebarkan informasi seringkali 'menyelamatkan' hidup seseorang. Seperti yang sering saya alami sendiri. Terkadang ada tugas kuliah yg tiba2 harus dikumpulkan dalam waktu 2 jam padahal tak pernah ada pemberitahuan sebelumnya. Atau ketika pendadaran  diajukan 2 hari sebelum jadwal oleh dosen,tentu adanya grup chat akan mempermudah koordinasi *ehm curhat*.

Bagi saya pribadi,yang tidak pernah bisa menikmati pembicaraan yg cenderung 'nggosip' dan gak fokus, rasa2 nya saya lebih sering merasa ingin keluar dari sebuah grup daripada merasakan manfaatnya. Namun untuk sekadar keluar, sulit juga melakukannya. Karena pasti akan merasa tidak enak (pekewuh) dengan anggota grup lain yang juga kita kenal di dunia nyata. Bila kemudian mereka bertanya: "Kenapa kamu keluar dari grup?",lalu saya harus jawab apa?

Apakah saya harus menjawab jujur jika pembicaraan2 mereka di grup mengganggu ketenangan dan privasi hidup saya? Betapa egoisnya jika begitu dan tentu akan melukai perasaan sang penanya. Namun,kenyataan yang terjadi memang demikian. Pun kadang saya merasa jadi 'gila' karenanya.
Lalu saya harus bagaimana?


“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya dia berkata yang baik atau diam” (HR. Bukhari & Muslim)

Komentar

Postingan Populer