Tenggelam dulu., baru bisa!

               Manusia hidup penuh lika-liku. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang hidup ini terasa begitu nikmat mengalir tanpa masalah, kadang kita kehabisan napas terjepit problema. Tetapi sesungguhnya di balik setiap masalah atau ujian yang menimpa kita, itu akan membuat level hidup kita setingkat lebih tinggi dari sebelumnya. Karena tanpa dibuktikan dengan sebuah ujian, kita tidak akan tau sampai mana sesungguhnya kekuatan diri kita menghadapi masalah.
               Selain itu tentunya kita masing2 mempunyai target. Di mana kita ingin mencapai sebuah level tertentu dalam hidup. Lalu bagaimana cara agar kita bisa lebih hebat dari sebelumnya? Bisa memiliki kekuatan lebih dari sebelumnya dan naik ke level hidup yang lebih tinggi? Menurut saya salah satu caranya adalah dengan menantang diri sendiri. Kita harus memaksa diri untuk berada pada posisi di atas level yang kita miliki.
Misalnya Anda diberi amanah dalam organisasi untuk membuat suatu acara tingkat nasional. Padahal sebelumnya Anda belum pernah melakukannya. Maka Anda ragu untuk menerima amanah tersebut. Anda takut apabila mengecewakan semua pihak. Namun apabila Anda berani menantang diri sendiri, niscaya kekuatan Anda akan muncul dan bertambah untuk menyelesaikan amanah tersebut. Otak Anda akan terpacu untuk mengeluarkan ide2 segar demi suksesnya acara. Sehingga pada akhirnya acara yang Anda selenggarakan bisa sukses dan berhasil.
               Mungkin Anda tidak percaya dengan apa yang saya kemukakan tadi. Anda pasti berpikir itu gila, karena kita sama saja memposisikan diri dalam bahaya seandainya acara tersebut malah gagal total. Tapi baiklah, mungkin kisah saya berikut dapat menjadi sebuah bukti.
               Ketika masih SD (kalau tidak salah kelas 3) saya mengikuti les renang karena tadinya saya sama sekali belum bisa berenang. Insruktur saya ketika itu masih muda. Dalam les itu kami berkelompok, 1 instruktur menangani 10 anak seumuran saya. Kami les seminggu sekali. Di awal2 les, kami diajari teknik yang benar untuk berenang dan kami berlatih di bagian kolam yang dangkal (kedalaman 1 meter). Karena yang harus diajari banyak, kadang pembelajaran tidak efektif karena sesungguhnya kemampuan tiap anak berbeda. Dan saya termasuk yang paling lambat. Saat itu 9 orang teman saya sudah bisa berenang tanpa pelampung dari ujung ke ujung kolam walaupun masih lambat. Sedangkan saya masih belum bisa berenang tanpa pelampung. Selama 3 bulan pertama saya tidak mengalami kemajuan yang berarti.
               Sampai suatu hari instruktur saya yang masih muda itu tidak datang mengajar. Lalu beliau digantikan oleh salah seorang instruktur senior yang sudah berumur. Hari itu, karena teman2 saya semua sudah bisa berenang, mereka diminta berlatih sendiri. Nah karena saya belum bisa, beliau mengajari saya secara privat. Awalnya saya kira kami akan berlatih seperti biasa, di kolam yang dangkal dan memakai pelampung. Maka sebelum disuruh, saya telah mengambil pelampung yang biasa saya pakai berlatih.
Tetapi instruktur saya berkata, “Buat apa ambil pelampung, nduk?”.
Saya jawab, “lha saya belum bisa pak kalau gak pakai pelampung”.
Lalu beliau jawab, “gak usah, balikin aja pelampungnya”.
Saya bingung, gimana mau latihan kalau gak pakai pelampung?? Nanti saya gak bisa renang dong? Tapi saya menuruti perkataan beliau.
               Setelah pemanasan, saya langsung menuju bagian kolam yang biasa kami pakai latihan, yaitu kedalaman 1 meter. Tapi instruktur saya memanggil, “ngapain ke situ nduk? Sini aja.” Beliau memanggil saya agar mendekat padanya. Saya agak ragu karena beliau berada di bagian kolam tengah yang kedalamannya 2,25 meter. Saya berpikir, kalau saya ke situ pastilah saya tenggelam karena tinggi badan saya pun hanya sekitar 120 cm. Tapi toh saya ke situ juga.
               Saya mulai masuk ke kolam, tapi hanya berani di pinggir saja. Saat itu pikiran saya kalut:haduh paaak ini kolam dalem banget ntar kalau aku tenggelam gimana coba :’(.
Pelatih saya menghampiri saya dan berkata, “Nduk, nanti saya ke tengah kolam. Trus kamu renang ke arah saya ya!”.
Saya jawab, “Saya takut pak, saya belum bisa renang”
“halah, bisa wis. Dicoba dulu, mesti bisa.”
Setelah itu pelatih pergi ke tengah2 kolam dan meninggalkan saya sendiri di tepi. Lalu beliau memanggil saya untuk berenang ke arahnya. Tapi saat itu saya benar2 terlalu takut bahkan untuk menggerakkan kaki saya. Rasanya semua tubuh saya keram seketika. Pelatih terus memanggil saya berkali2. Saya bergeming.
Karena saya tak kunjung beranjak dari tepi kolam, pelatih mendatangi saya. Tanpa saya sadari beliau menggendong tubuh saya yang mungil dan membawa saya ke tengah kolam. Waduh,aku mau diapain nih?, pikir saya. Lalu pelatih bilang, “Kamu harus coba nduk, jangan takut. Kamu pasti bisa renang.”
Saya menjawab dengan ketakutan, “Gak usah pak, saya balik ke kolam yang cetek(dangkal-red) aja pak. Jangan di sini.” Tangis saya sudah di ujung mata :’D
Namun seketika, pelatih melepaskan gendongannya sambil berkata, “Pokoknya kamu harus nyoba renang.” Lalu beliau bergerak menjauhi saya. Sadar saya tak ada pegangan di tengah2 kolam, saya panik, saya gak bisa renang woy!!!!! Saya meronta sekuat tenaga, berusaha berteriak sambil menjaga tubuh saya tidak tenggelam. Namun karena saya belum bisa renang, alhasil berliter2 air kolam pun saya telan. Arghhh!!!aduh pak pelatih tolong! >,<
               Melihat saya tenggelam pelatih segera menangkap saya dengan sigap. Saya selamat! Saya mulai menangis. “Pak, udah saya naik aja. Gak usah latihan lagi..huhuhu.” Namanya anak kecil pastilah ketakutan. Tapi pelatih saya malah bilang kalau saya harus berenang biar gak tenggelam. Beliau meminta saya mencoba lagi. Saya pun berpikir, pelatih tidak mungkin akan mengijinkan saya menyudahi latihan ini. Satu2nya cara saya harus berenang.
               Lalu latihan dimulai lagi. Pelatih melepaskan saya. Kali ini saya siap. Sekuat tenaga saya bergerak agar tidak tenggelam, saya berusaha berenang sesuai teknik yang sudah diajarkan. Belum berhasil , saya kelelalahan sebelum mencapai posisi pelatih. Pak pelatih menangkap tubuh saya lagi agar bisa beristirahat. Beliau bilang saya sudah hampir bisa. Sudah bagus bisa mau gerak. Disemangati seperti itu sayapun penasaran dan ingin benar2 bisa berenang.
               Selama kurang lebih satu atau dua jam kami terus berlatih dan berlatih. Saya sangat lelah, apalagi kolam itu dalam sehingga saya harus berenang mencapai pelatih agar bisa beristirahat. Namun ajaib! Dalam waktu dua jam itu saya sudah bisa berenang! Saya berpikir ini hebat, mengapa dalam 3 bulan awal saya mengikuti les renang ini saya tidak bisa berenang? Tapi hanya dalam dua jam dengan metode yang tepat saya sudah bisa berenang? Adakah yang tau jawabannya?
               Ya, karena saya dipaksa menantang diri sendiri. Saya dipaksa berada dalam kondisi di mana saya belum mencapai level itu sebelumnya, yaitu kolam yang dalam. Mau tidak mau saya harus bisa berenang tanpa pelampung agar bisa bertahan di situ. Memang awalnya saya belum bisa, saya gagal, saya tenggelam berkali-kali. Namun hasilnya dalam waktu dua jam saya sudah bisa berenang. Bandingkan dengan waktu 3 bulan yang saya habiskan tanpa perubahan.

Tidak ada kata menyerah sebelum berusaha. Karena sesungguhnya dalam diri kita tersimpan kekuatan yang tidak kita duga, percayalah. Jadi ini pilihan Anda. Siap menantang diri atau hanya menjadi penonton orang lain melampaui level Anda. Karena apalah hakikat manusia hidup di dunia kalau tidak ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya. It’s your choice guys ;).

Komentar

Postingan Populer